Anggota DPR Dapil Kalteng sayangkan ocehan Edy Mulyadi
Palangka Raya ExposKalteng.com Anggota DPR RI daerah pemilihan Provinsi Kalimantan Tengah, H Agustiar Sabran mengaku sangat menyayangkan perkataan Edy Mulyadi dalam videonya yang viral, bahwa pemindahan Ibu Kota Negara berada di lokasi tempat jin buang anak.
“Kami tentu saja sangat menyayangkan bahwa Pulau Kalimantan diistilahkan lokasi tempat jin tempat buang anak, tentu saja itu sangat menyinggung perasaan masyarakat asli setempat,” katanya di Palangka Raya, Minggu melalui telepon.
Menurutnya, apabila ingin mengkritisi masalah kebijakan pemerintah dalam memindahkan Ibu Kota Negara harusnya Edy Mulyadi dan kawan-kawan dapat menggunakan bahasa yang santun serta ilmiah, bukan istilah-istilah yang dapat menyinggung perasaan orang lain.
Oleh sebab itu, Agustiar yang juga Ketua Dewan Adat Dayak Provinsi Kalimantan Tengah, mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk tidak terpancing emosi secara berlebihan. Namun, tunjukkan aksi protes dengan cara elegan, santun, dan beretika.
“Tunjukkan bahwa masyarakat Kalimantan itu memiliki nilai moral dan etika yang cukup tinggi. Saya mengharapkan, Saudara Edy Mulyadi dan kawan-kawan dapat berbesar hati untuk meminta maaf secara terbuka kepada masyarakat Kalimantan akibat kekhilafannya,” ucap Agustiar.
Terkait dengan banyaknya sejumlah organisasi masyarakat yang ingin melakukan aksi demontrasi terhadap Edy Mulyadi, Agustiar hanya bisa mengingatkan untuk dilakukan sesuai prosedur.
“Kalaupun ada sejumlah organisasi masyarakat yang ingin melaksanakan aksi protes atas hal tersebut, maka lakukanlah dengan prosedur hukum dan sampaikan aspirasi tersebut sesuai dengan jalur demokrasi,” ungkap Agustiar.
Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa di Kalimantan Tengah pada khususnya saat ini masyarakatnya hidup damai, saling hormat-menghormati, dan menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila.
“Kami berharap permasalahan ini dapat segera diselesaikan dengan jalan terbaik, sehingga tidak ada lagi kejadian seperti saat ini yang membuat suasana menjadi tidak kondusif,” demikian H Agustiar Sabran.
(ant/red)